Bersahabat Dengan Al-Qur’an

Memilih Sahabat yang Tepat

Perlu kembali anda dengar sebuah pepatah yang mengatakan, akhlak seseorang dilihat dari sahabat karibnya. Siapa yang bersahabat dengan tukang minyak wangi maka paling minim ia akan terkena bau wanginya, namun siapa yang dekat dengan tukang pandai besi maka sangat mungkin ia terciprat bara apinya. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bilamana yang anda jadikan teman yaitu Al Qur’an, kalam Allah ‘azza wa jalla, yang tidak ada sedikit pun perkataan manusia di dalamnya. Mengapa harus menjadi sahabat Al Qur’an, karena anda adalah seorang muslim dan sepantasnyalah menjadikan apa-apa yang baik menjadi sahabatnya. Sehingga, ketika yang anda jadikan sahabat baik dalam hal ini yakni Al Qur’an maka pastilah anda menjadi pribadi yang baik pula.

Al Qur’an selain menjadi kitab suci kaum muslimin, Al Qur’an juga menjadi pedoman hidup atau Undang-Undang bagi umat Islam. Maka tak heran jika generasi sahabat yaitu salafush shalih menjadi generasi terbaik sepanjang masa. Mengapa demikian, karena mereka menjadikan Al Qur’an sebagai sahabat dan solusi kehidupan, mereka orang-orang yang langsung menerima dan mempelajari agama dari Rasul ShollallahuAlaihi Wasallam. Mereka adalah generasi pertama umat ini yang telah mendapat rekomendasi dari Allah ‘azza wa jalla dan RasulNya Shollallahu Alaihi Wasallam. [lihat Al Qur’an surat At Taubah: 100]

Begitulah Allah ‘azza wa jalla menjadikan generasi sahabat salafush shalih mulia karena mereka bersahabat dengan Al Qur’an. Jadi, ketika anda sering berinteraksi dengan Al Qur’an maka yakinilah anda akan mulia. Mendekatlah dengan Al Qur’an maka Allah ‘azza wa jalla akan mudahkan urusan anda, apa saja di dunia maupun di akhirat. Sungguh pantas, kiranya setiap kaum muslim menjadikan Al Qur’an sebagai sahabat karibnya, yaitu dengan berakhlak sebagaimana akhlak Al Qur’an, menerapkan manajemen hidup yang Qur’ani juga cara bergaul ala Al Qur’an. Misalnya tentang perlunya menjaga tali persaudaraan, saling tolong menolong, tidak boleh bercerai-berai, tidak bermusuha n, pantang caci-mencaci, anti ghibah atau mudah terpecah belah hanya karena khilafiyah dan lain seterusnya.

Level Berkawan Dengan Al Qur’an

Ketika anda berinteraksi dengan Al Qur’an entah itu dengan membacanya, memahami maknanya atau menghafalnya maka anda menggunakan seluruh potensi dari tubuh anda. Mata anda gunakan untuk melihat, lisan anda gunakan untuk membaca atau mengejanya, tangan anda pakai untuk memegangnya, otak berkonsentrasi, telinga mendengar, kaki ditata untuk duduk nyaman, suara, pernafasan, semuanya anda berdayakan untuk bergaul dengannya. Ketika seluruh anggota tubuh tersebut anda gunakan untuk berinteraksi dengan Al Qur’an, maka Allah ‘azza wa jalla pun akan bangga dan senang kepada anda. Perhatikanlah hadits Nabi dibawah ini,

 مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

Baca Juga : Peta Kebahagiaan Dalam Naungan Al Qur’an

Bagaimana motivasi Rasulullah kepada umatnya agar mereka dekat dengan Al Qur’an, baru membuka mushaf Al Qur’an saja kemudian dibaca satu huruf ia mendapat 10 pahala kebaikan. Sejarahpun telah mencatat kalimat-kalimat penuh hikmah dari Utsman bin Affan yang bertutur tentang keutamaan Al Qur’an. Ia berkata, “Jika hati anda suci, maka ia tidak akan pernah puas dari kalam Rabb nya” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, bab Al-Adab wa At-Tasawwuf). Beliau juga mengatakan, “Sungguh aku membenci, satu hari berlalu tanpa melihat (membaca) Al Qur’an.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, oleh Ibnu Katsir). Dan diantara level berkawan dengan Al Qur’an adalah sebagai berikut:

  1. Qiro’ah (Membaca)

Tingkatan pertama untuk memahami isi Al Qur’an adalah dengan membacanya. Supaya kita tahu apa isi didalam Al Qur’an, mengetahui informasi tentang Allah, malaikat dan segala ketentuan lainnya maka kunci pembukanya disebut dengan Qiro’ah (membaca). Apa yang akan anda lakukan jika ingin mengetahui isi dari sebuah buku, pastilah dengan membacanya bukan, pun demikian dengan Al Qur’an. Mustahil ada orang yang mengaku memahami isi kandungan dari pada Al Qur’an tapi tanpa dengan membacanya. Qiro’ah menurut ulama qori’ artinya adalah sekedar membaca tanpa dituntut untuk memahami [lihat Qur’an Surat Al ‘Alaq: 1]

  1. Tilawah (Membaca, Memahami & Mengamalkan)

Makna dari kata Tilawah yaitu membaca kemudian dipahami dengan baik dan benar lantas diamalkan menurut kemampuan masing-masing. Inilah manhaj yang dibawa oleh Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam  yang kemudian dianut oleh para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama setelahnya. Para sahabat saat membaca Al Qur’an dengan level Tilawah ini, mereka akan membaca dari lima ayat lantas dipahami dan diamalkan dalam keseharian, jika belum bisa mengamalkan ayat yang dibaca mereka tidak akan pindah ke ayat selanjutnya. Orang yang berkawan dengan Al Qur’an pada level ini, Allah akan berikan sakinah (tenang, tentram) kepada mereka, diliputi rahmat (ampunan, solusi, rezeki dunia & akhirat) dan Malaikat langit turun berebut untuk menjaganya.

  1. Al Hifzhu (Menghafal)

Al Qur’an selain dibaca dan dipahami juga perlu untuk dihafal, dipindahkan dari tulisan ke dalam dada. Hal ini merupakan ciri khas orang-orang yang diberi ilmu, juga sebagai tolok ukur keimanan hati seseorang kepada Allah ‘azza wa jalla.

بَلۡ هُوَ ءَايَٰتُۢ بَيِّنَٰتٞ فِي صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَۚ وَمَا يَجۡحَدُ بِ‍َٔايَٰتِنَآ إِلَّا ٱلظَّٰلِمُونَ  

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. [Al Ankabut: 29]

Dalam beberapa hadits juga banyak diterangkan bagaimana Allah ‘azza wa jalla memuliakan para Hamalatul Qur’an. Kemuliaan tersebut bukan hanya untuk pribadi namun diberikan juga kepada keluarga si penghafal Al Qur’an.

 Al ‘Amalu, Ad Da’ watu & Adz Dzikr (Mengamalkan; Dzikir)

Sebagai seorang muslim, tentu urusan mengamalkan isi Al Qur’an sudah menjadi harga mati. Sebab Al Qur’an bukan sekedar kitab yang untuk sekedar dibaca saja, tetapi lebih dari itu, Al Qur’an adalah petunjuk atau solusi hidup dan Undang-Undang yang Allah peruntukkan kepada kaum muslim. Jika ada orang yang mengenal baik tentang isi kandungan dalam Al Qur’an secara otomatis ia akan melakukan hal ini; mengamalkan, mendakwahkan serta menjadikan hafalan Al Qur’an secara sarana dzikir (pengingat) kepada Allah ‘azza wa jalla. Saat ia hendak sholat ia mengingat Allah [lihat Qur’an Surat Al A’rof: 31], ketika ia berjalan ia menjaga lisan dan pandangannya [lihat Qur’an Surat Al Furqon: 63 & An Nur: 30-31], saat mencari nafkah untuk keluarga di rumah ia mengingat Allah [lihat Qur’an Surat Al Baqoroh: 172] dan begitu juga amalan lainnya ia senantiasa menghadirkan Al Qur’an untuk mengingat Allah ‘azza wa jalla.

Sahabat, Antara Al Qur’an dan Setan

Sesulit apapun kehidupan yang sedang dijalani dan seberat apapun perjuangan yang sedang dihadapi seseorang, pasti akan terasa lebih ringan dan damai jika ada sahabat yang selalu setia menyertai. Sebaliknya, keberhasilan spektakuler yang anda raih pun terasa tak berarti apabila tidak ada siapa-siapa untuk tempat berbagi. Demikianlah hidup ini jadi miris sekali jika selamanya harus dijalani sendiri, maka itu sahabat yang setia harus anda cari sebagai teman berbagi apa saja yang anda alami.

Sebelum mencari sahabat manusia, sebaiknya anda terlebih dulu bersahabat dengan Al Qur’an. Dikarenakan dalam Al Qur’an anda dapat menemukan panduan hidup yang baik dan benar. Sebaliknya apabila anda jauh dari Al Qur’an dan tidak menjadikannya sahabat anda, maka hidup anda akan mudah diperdaya oleh rayuan dan bujukan setan. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah ‘azza wa jalla (lihat Qur’an Surat Az Zukhruf: 36)

Intinya, dalam kehidupan ini anda memiliki dua pilihan untuk dijadikan sahabat, Al Qur’an atau Setan. Manakala anda bersahabat dengan Al Qur’an maka anda akan selamat di jalan Allah ‘azza wa jalla. Sebaliknya bersahabat dengan setan, anda akan merugi dan jatuh ke lembah kehancuran dan kesesatan. Agar anda terhindar dari persahabatan dengan setan, Al Qur’an telah memberikan tips agar anda sering membaca ta’awwudz (lihat Qur’an Surat Fussilat: 36)

Karena itu, sudah selayaknya para aktifis dakwah senantiasa berinteraksi dengan Al Quran, bersahabat dengan Al Quran, bahkan harus merasa membutuhkan pada Al Qur’an. Sebagaimana seorang prajurit di medan perang membutuhkan senjata, demikian pula seharusnya pengemban dakwah  selalu dekat pada Al Qur’an. Apa jadinya jika seorang prajurit berperang tanpa senjata, pun demikian apa jadinya kalau pengemban dakwah berlaga di medan dakwah tanpa Al Quran di hati dan pikirannya.

Wahai diri, tidakkah kamu malu kepada Allah ‘azza wa jalla. Mengaku cinta kepada-Nya, tetapi tidak merasa senang berinteraksi dengan kalam-Nya. Bukankah ketika manusia cinta dengan manusia lain, dia menjadi senang membaca surat atau pesan inboxnya, bahkan dibaca berulang-ulang. Mengapa anda begitu berat dan enggan hidup dengan wahyu Allah ‘azza wa jalla. Adakah jaminan bahwa anda mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih. Infaq cuma sedikit, ibadah wajib belum tertib, ibadah sunnah jarang dikerjakan bahkan tidak pernah, jihad belum siap, kalau tidak mulai dengan mendekat kepda Al Qur’an, lalu dengan apa lagi. Mulai sekarang, mari anda jadikan Al Qur’an sebagai sahabat terbaik anda. Wallahu a’lam bishowwab

 

[Arhab Yusuf Adz Dzakiy ibnul Jazuliy]
Pendaftaran Santri Baru Tahun Ajaran 2022/2023

About pptqluha

Baca Juga

Sikap Ihsan Tameng Keburukan

Sabaik-baik Makhluk Manusia adalah makhluk yang Allah ‘Azza Wa Jalla ciptakan dengan bentuk yang sangat …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *