Sabaik-baik Makhluk
Manusia adalah makhluk yang Allah ‘Azza Wa Jalla ciptakan dengan bentuk yang sangat apik. Dari semua makhluk yang bernama manusia Allah ‘Azza Wa Jalla tetapkan manusia terbaik yaitu manusia yang mendapat gelar muslim.Maka ketika anda tahu bahwa islam menjadikan manusia sebagai sebaik-baik makhluk, disitu anda akan menyadari bahwa nikmat islam sangatlah luarbiasa. [lihat Qur’an Surat Al Bayyinah: 6-7]
Andai kata orang muslim terkagum-kagum dengan orang yang ada diluar islam dari sudut keelokan fisik, pembendaharaan dunia sampai terkagum dengan anak-anak yang lahir dari rahim mereka, sesungguhnya itu semua dipandangan Allah ‘Azza Wa Jalla tak ayalnya sebuah siksaan sebelum mereka masuk ke dalam neraka. [lihat Qur’an Surat At Taubah: 85]
Sebagai seorang muslim wajarlah bila anda menjadikan Al Qur’an sebagai “buku panduan” dalam kehidupan. Ketika anda membuka Al Qur’an pastilah didapati keistimewaan yang ada padanya. Al Qur’an itu memanusiakan manusia, menjadikan manusia berada pada derajat yang mulia, mampu merubah sikap anda, mengatur dalam perkara leadership hatta memberikan resep dalam beribadah dan muamalah.
Menjadi Pribadi yang Ihsan
Mari perhatikan ketika Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman dalam surat An Nahl: 90,
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Ibnu katsir menyampaikan pendapatnya mengomentari maksud ayat diatas “sesungguhnya Allah memerintahkan hamba-hambanya untuk berbuat adil dan ihsan, yakni mengambil sikap tengah dan penuh keseimbangan serta menganjurkan untuk berbuat kebaikan.”
Suatu waktu, Malaikat Jibril turun dari langit menemui Baginda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang sedang berdiskusi bersama para sahabat dan menampakkan wujudnya menjadi seorang laki-laki yang berpakaian putih bersih dan berambut hitam pekat. Malaikat Jibril jauh-jauh datang menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam salahsatunya adalah untuk menanyakan perkara ihsan. [lihat kitab Hadits Arba’in An Nawawi, hadits ke-2]
Ihsan makna secara bahasa ialah baik. Namun ada banyak dalam kosakata bahasa arab yang bermakna baik. Thoyyib artinya baik secara fisik, Khoir baik dalam sifat, Ma’ruf baik secara sikap. Sedangkan Ihsan yaitu sikap baik yang dilakukan karena Allah. Seorang muslim yang diberikan kebaikan padanya, ia tidak akan peduli saat mengulurkan tangannya apakah nantinya akan ada timbal balik kepadanya dari orang lain. Semuanya akan ia serahkan hanya untuk mendapatkan balasan dari Allah ‘Azza Wa Jalla. [lihat Qur’an Surat Al Insan: 9]
Permisalan Ma’ruf dan Ihsan
Pada satu kesempatan misal seseorang mengundang kawan untuk hadir ke rumahnya. Dalam undangan tersebut disepakati pukul sepuluh siang akan datang kemudian ia siapkan tempat istirahatnya, makanan, minuman dan lain sebagainya maka semua itu disebut dengan istilah ma’ruf. Kenapa ia sibuk menyiapkan itu semua, karena datangnya tamu. Ada hadits khusus yang memerintahkan kaum muslimin untuk memuliakan tamu yang datang kepadanya [lihat Hadits Arba’in An Nawawi, Hadits ke-15]. Tetapi jika ia lakukan itu semua bukan karena tamunya, tapi karena Allah yang perintahkan itu dan karena Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang mencontohkan seperti itu maka berubahlah istilahnya dari kata ma’ruf menjadi ihsan.
Pada umumnya, ketika manusia minum itu dikarenakan rasa haus yang menghampiri tenggorokkannya, tapi ketika ia minum karena Allah ‘Azza Wa Jalla lalu ia ucapkan bismillah maka berubah maknanya dari kata ma’ruf menjadi ihsan. Anda yang diberikan amanah menjadi seorang pendakwah, telfon anda berbunyi kemudian anda angkat panggilan tadi, itu disebut dengan ma’ruf, tapi ketika anda terima panggilan tersebut kemudian anda jawab dengan hujjah karena Allah ‘Azza Wa Jalla yang memerintahkan anda untuk menjawab pertanyaan orang tadi, bismillah assalamu ‘alaikum, maka itulah ihsan.
Siapa Orang Ihsan Itu?
Orang ihsan ialah orang yang selalu merasa berada dalam pengawasan Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka dari itu, mustahil jikalau ada orang ihsan mau makan misalnya, tidak mungkin menyentuh makanan yang tidak diridhoi oleh Allah ‘Azza Wa Jalla karena ia tahu ketika makan ia sedang diawasi oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Orang ihsan tidak mungkin menggunakan barang yang bukan miliknya karena ia sadar saat akan digunakan Allah ‘Azza Wa Jalla melihatnya. Mustahil ia akan menelantarkan hak istri/suami dan anak-anaknya, karena ia yakin Allah ‘Azza Wa Jalla mengawasinya. Mustahil pemimpin yang memiliki sikap ihsan akan menyepelekan amanah yang sedang ia pikul karena ia paham Allah ‘Azza Wa Jalla tidak lengah mengawasinya.
Karena itu ketika Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam ditanya oleh malaikat jibril tentang perkara ihsan salah satunya,
“Beritahukan kepadaku tentang ihsan. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.” [lihat kitab Hadits Arba’in An Nawawi, hadits ke-2]
Jadi orang muslim yang memiliki sikap ihsan itu segala perbuatannya berpotensi untuk menghasilkan ibadah. Tidurnya ibadah, bangunnya ibadah, makan minumnya ibadah, diamnya ibadah, berdirinya ibadah, duduknya ibadah, safarnya ibadah semua yang dilakukannya bernilai ibadah. Mari anda cek, apakah duduk anda ibadah, bicara anda ibadah, tidur, makan dan minum anda bernilai ibadah. Berapa banyak pahala ibadah yang hilang dalam hidup anda karena tidak menghadirkan sikap ihsan tersebut, padahal beribadah adalah perintah yang jelas dalam Al Qur’an [lihat Al Qur’an Surat Adz Dzariyat: 56].
Pada dasarnya semua kegiatan anda akan bernilai ibadah jika anda mulai menumbuhkan sikap ihsan dalam diri anda. Silahkan diteliti, anda tidak akan menemukan semua keyakinan yang dianggap agama dimana seluruh aktifitas yang dikerjakan bersanding dengan doa kecuali dalam islam. Mari anda tengok, seluruh aktifitas dalam islam diawali dengan doa, dari bangun tidur sampai ke kamar tidur lagi semua diawali dengan doa. Sangking-sangkingnya jika anda tidak bisa menghafalkan doa khususnya kata Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam silahkan baca basmalah untuk mengawalinya.
Saat anda minum, hewan dan orang kafir pun minum. Lantas apa yang membedakan cara minum anda dengan mereka, Anda awali minuman itu dengan basmalah sedang mereka tidak. Maka dari basmalah tadi, minuman yang anda teguk akan terbawa sampai ke langit dan berubah menjadi amal ibadah. Tapi jika sekedar diminum saja tanpa diiringi dengan doa maka tidak ada bedanya dengan hewan dan orang kafir. Sikap-sikap tersebut di atas jika sudah hadir dalam diri anda maka itu disebut dengan ihsan sedang orangnya disebut dengan muhsin.
Berbuat Ihsan Kepada Seluruh Makhluk
Perangai Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam sangatlah baik nan lembut. Tidak terbatas pada sesama muslim tapi juga kepada orang kafir, hewan bahkan tumbuhan. Pastilah anda ingat kisah seorang pengemis buta dari bangsa yahudi yang berada dipasar, dimana setiap paginya Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam memberikan makanan kepadanya. Pastilah anda ingat kisah seekor keledai dari arab badui yang tidak kuat menopang beban berat yang ada di atas punggungnya. Pastilah anda ingat kisah pohon kurma yang berada di depan Masjid Nabawi. Begitulah sikap ihsan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang beliau ajarkan kepada ummatnya agar senantiasa ditiru.
Berbuat ihsanlah kepada bapak ibu anda selagi mereka masih berada disamping anda dan tetaplah berbuat ihsan ketika mereka sudah tiada. Berbuat ihsanlah kepada kerabat dengan tetap menjalin silaturahmi, memberikan bantuan, sedekah hadiah dan saling menanyakan kabar. Berbuat ihsanlah kepada orang-orang yang lemah karena jika anda mendapatkan keberuntungan, kemuliaan, kemudahan dan mendapatkan rezeki itu disebabkan doa orang-orang lemah disekitar anda. Berbuat ihsan lah kepada semua orang dengan akhlak dan adab yang islami.
Ada kalanya kebaikan itu dianggap remeh atau kecil nilainya di mata manusia, namun di sisi Allah sangatlah besar. Dengan banyak melakukan sikap ihsan maka kebaikan itu akan datang kepada anda dengan kebaikan yang dibarengi dengan cinta dan ridho Allah ‘Azza Wa Jalla. Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah dan akhlak. Oleh karena itu, semua muslim yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Dalam Al Qur’an sendiri, kata ihsan diulangi sebanyak 166 kali. Dari sini, dapat menarik satu makna betapa mulia dan agungnya perilaku dan sikap ihsan ini hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al Qur’an. Wallahu a’lam bi showab