Menguatkan Pondasi
Keluarga dan surga adalah hal yang sering dibahas dalam Al Qur’an, bahkan ada istilah yang sering kita dengar dengan sebutan “rumahku surgaku”. Namun, menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah, menjadi tantangan berat pada zaman sekarang. Banyaknya penetrasi budaya barat yang mengikis nilai-nilai pernikahan dan keluarga islami, kurangnya pengetahuan dalam berkeluarga islami serta seringnya media memberitakan tentang perceraian dan pertikaian keluarga, yang sedikit banyak telah mempengaruhi nilai-nilai dan cara pikir masyarakat dalam berkeluarga dewasa ini.
Menikah sama seperti membangun sebuah bangunan, sebuah bangunan yang kuat harus memiliki pondasi yang kuat juga kokoh. Jika pondasinya tidak kuat, maka akan sulit untuk memujudkan keluarga yang akan tahan terhadap berbagai guncangan. Untuk itu, pasangan suami istri atau calon suami istri harus memiliki pondasi yang kuat semisal memiliki pemahaman tentang ilmu agama yang baik dan termasuk juga lingkungan yang ma’ruf, mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun keluarga ideal.
Konflik atau perselisihan itu pasti akan terjadi, bahkan keluarga Nabi pun tidak absen dari kata konflik atau perselisihan. Selama masih memliki keinginan, ambisi dan kemudian tidak sama dengan keinginan atau keadaan pasangan, maka akan timbul konflik. Karena itu dibutuhkan usaha untuk dapat menyelaraskan keinginan dengan pasangan. Dan kemudian memadukan perbedaan itulah salah satu dari inti sebuah keluarga. [Lihat surat Asy Syuro: 38]
Mempersiapkan Mulai Dari Sekarang
Allah ‘Azza Wa Jalla telah menyiapkan sebuah tempat di surga untuk satu keluarga besar. Sekarang anda diberikan pasangan hidup, anak-anak yang menyenangkan dan keluarga yang selalu tertawa dan berkumpul bersama. Tanyakanlah kepada mereka, apakah besok di surga akan bertemu dan berkumpul seperti saat di dunia atau tidak. Jangan sampai anda dan keluarga berbahagia dan tertawa hanya di dunia saja namun di akhirat tidak jelas nasibnya. Maka perhatikan ketika Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۢ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ
“Dan orang-oranng yang beriman berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan anak cucu mereka dengan mereka (di dalam surga) dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” [Qur’an surat Ath Thur: 21]
Ayat di atas menyampaikan kepada keluarga-keluarga yang beriman bahwasanya Allah ‘Azza Wa Jalla telah menyiapkan surga yang khusus teruntuk satu keluarga besar yang bangun dengan pondasi iman. Kata dzurriyyah para ulama’ mufasirin mengatakan maknanya adalah seluruh keturunannya. Sedangkan kata alhaq bermakna berjalan secara berurutan dan beriringan. Dari ini, sungguh rugi jika anda tidak mempersiapkan pondasi iman tersebut mulai dari sekarang karena Allah ‘Azza Wa Jalla telah memberikan informasi tentang kabar gembira tersebut.
Dibeberapa tempat di Indonesia, ada sebagian besar orangtua yang sadar untuk menyiapkan anak-anak mereka supaya tidak hanya mereka banggakan di dunia tapi juga di akhirat nantinya. Mereka siapkan sejak dini buah hati mereka untuk menghafalkan ayat-ayat Allah ‘Azza Wa Jalla. Tak ayal, mulai banyak bermunculan anak-anak diusia belia, lima dan enam tahun, mereka sudah hafal sepuluh atau bahkan tiga puluh juz dalam Al Qur’an. Demikian juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menyiapkan keluarganya agar bisa dibanggakan diakhirat. Setiap beliau hendak qiyamul lail pastilah beliau membangunkan istri, anak dan menantunya. Disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang mengerjakan dua belas raka’at shalat sunnah rawatib sehari semalam, maka akan dibangunkan baginya suatu rumah di surga.”
Hadits tersebut di atas dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Ummu Habibah. Dikeluarkan pula oleh At Tirmidzi dengan sanad yang hasan dan ditambahkan dalam riwayat tersebut shalat sunnah rawatib empat raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at setelah Zhuhur, dua raka’at setelah Maghrib, dua raka’at setelah Isya’, dan dua raka’at sebelum Shubuh.
Respon istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat mendengar hadits ini beliau mengatakan “demi Allah, saya tidak akan pernah meninggalkannya selama hidup saya, saya bertekad tidak akan pernah meninggalkannya selama hidup saya” pelajarannya adalah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui satu ilmu tidaklah disimpan untuk dirinya sendiri namun beliau sampaikan pada istri, anak, menantu dan cucu. Jika level keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, manusia yang sudah dijamin surganya mempersiapkan keluarganya agar bisa berkumpul kembali bersama di surga, dimanakah posisi anda.
Berlomba Dalam Berebut “Tiket” Surga
Jadikanlah anak keturunan anda orang-orang yang bisa dibanggakan di akhirat nanti. Ketika anda membanggakan anak dalam prestasi dunia maka setelah anda wafat semua itu tidaklah berguna. Namun jika anda siapkan anak anda untuk menggapai prestasi akhirat maka anda akan dimuliakan dihapakan seluruh penduduk langit dan bumi.
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا : مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara golongan manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya” (Hadits Riwayat Imam Ahmad)
من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن
“Siapa yang menghafal Al Qur’an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya (terbuat) dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian kemuliaan yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Al Qur’an.” (Hadits Riwayat Imam Hakim dan dihasankan Al-Albani)
Hadits-hadits di atas memberikan kabar gembira bagi para penghafal Al Qur’an dan orangtua yang mempersiapkan buah hatinya agar menjadi penghafal Al Qur’an. Sungguh rugi luarbiasa jika anda sudah menerima kabar dari langit ini namun belum juga mempersiapkan anak-anak anda mencapai derajat mulia tersebut. Bisakah anda bayangkan sepereti apakah perasaan orangtua yang dimuliakan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla dihadapan seluruh penduduk langit dan bumi lantaran keturunanya menggapai prestasi akhirat yakni menjadi penghafal Al Qur’an.
Sungguh kebahagiaan yang sempurna, pada saat anda digandeng oleh anak yang sudah anda siapkan menjadi keluarga Allah ‘Azza Wa Jalla melewati kengerian hari kiamat, kemudian Allah ‘Azza Wa Jalla masukkan anda beserta keluarga ke dalam surga nan indah. Tidak hanya itu, Anda dipertemukan dengan pasangan anda dengan rupa nan indah, wajah yang menawan, dengan anak anda yang menyejukkan pandangan. Hidup anda dihiasi dengan kenikmatan tanpa batas, yang tidak mungkin bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Jadilah Imam Keluarga yang Ma’ruf
Maka, jadikanlah keluarga anda menjadi keluarga yang ideal dalam pandangan islam. Sehingga Allah ‘Azza wa jalla akan masukan anda dan keluarga besar anda ke dalam jannah Nya. Latihlah dengan hal-hal ringan, jika disurga diceritakan tentang suasana yang damai, maka bawalah kedamaian ke dalam rumah anda. Jika dikatakan bahwa pembicaraan yang ada disurga adalah pembicaran yang membawa pencerahan, maka pindahkanlah ke rumah anda. Jika di surga ada bidadari-bidadari yang ramah, maka jadilah pasangan yang ramah untuk pasangan anda. Ada juga cerita di surga tentang anak-anak kecil yang membawa nampan-nampan indah, maka ajarkan kepada anak-anak anda sehingga dapat menjadi penyejuk mata dan pandangan. [Lihat surat Al Furqon: 74]
Karenanya, seorang mukmin haruslah juga berusaha untuk men-shalih-kan orang-orang dekat dan dicintainyan melalui nasihat, dakwah, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Jangan pula ditinggalkan untuk memohonkan ampunan dan mendoakan kebaikan untuk mereka dari orang tuanya, istrinya, anaknya, dan kerabat-kerabat dekatnya. Harapannya, ia akan berkumpul bersama keluarga besarnya di surga dengan penuh kebahagiaan dan keridhaan dari Allah ‘Azza Wa Jalla. Semoga kita semua termasuk orang yang mendapat kesempurnaan nikmat ini di akhirat. Aamiiin.
Wallahu a’lam bi showab. [arhab yusuf adz dzakiy ibnul jazzuly]